Dusun Ngembel, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah sering disebut makam orang suci. Itu pemakaman bayi.

Dusun Ngembel, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah sering disebut makam orang suci. Itu pemakaman bayi.

Loading

JST-NEWS.COM | Klaten – Sebuah kompleks pemakaman umum di Dusun Ngembel, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah sering disebut makam orang suci. Itu pemakaman bayi.

Kompleks pemakaman dengan luas sekitar 300 meter persegi itu berada di tengah perkampungan penduduk.

Berada di sisi utara Rawa Jombor yang merupakan wilayah perbukitan.
Makam berada di barat masjid Ngembel di tepi jalan kampung.

Berbeda dengan pemakaman umumnya di Jawa, di pemakaman tersebut tidak ada cungkup atau batu nisan yang berjejal.

Ratusan nisan di area makam hanya berupa tembok setinggi setengah meter yang rapi berjajar dengan cat warna putih. Pada nisan tidak tertulis nama jenazah yang dikubur di tempat itu.
Yang tertulis ada yang hanya nama ayah dengan tulisan bin, atau nama ‘Fulan bin Fulan’, atau sekadar ditulis hari pasaran saat meninggalnya. Selain itu, tidak ada bangunan atau tulisan lainnya.
Kompleks kuburan bayi di Kalikotes, Klaten. (5/11/2023),Kompleks kuburan bayi di Kalikotes, Klaten.(Spyd)

“Memang sering disebut makam orang suci karena yang dimakamkan jiwa-jiwa yang masih suci. Usia yang dimakamkan di situ di bawah satu tahun,”perkataan satu warga setempat, Sugi, kepada JST-NEWS bersama awak media, Sabtu (4/11/2023) dan dikutip Selasa (7/11).

Menurut Sugi, dari cerita turun-temurun makam itu merupakan tanah hibah warga. Di makam itu konon awalnya ada makam bayi dari keraton Solo.

“Ada salah satu keturunan keraton Solo yang masih bayi yang dimakamkan di situ. Selanjutnya sampai sekarang digunakan untuk pemakaman bayi, namanya makam bayen (bayi),” kata Sugi.

Juru kunci makam, Sumadiy Parto W (63) menceritakan menurut cerita turun-temurun dulunya makam itu merupakan makam keluarganya. Leluhurnya memakamkan bayi di lokasi.

“Dulunya mbah-mbah saya punya keturunan meninggal saat bayi dimakamkan di situ. Terus warga sekitar ikut dinamakan makam bayen,” kata Sumadiy.

Usia makam itu, kata Sumadi, sudah ratusan tahun sebab di masa kakeknya kuburan itu sudah ada.

Makam itu hanya untuk makam anak di bawah satu tahun.
“Yang dimakamkan di bawah satu tahun, kebanyakan bayi lahir miskram ( keguguran). Yang sudah dikubur di situ sekitar 300-400 an,” kata Sumadi.

Demikian hasil evaluasi peliputan berita mendidik citra bangsa dan negara, mengedukasi sumber ilmiah dengan masyarakat setempat mengenalkan panorama alam, wisata ziarah familiar.

kami mempresentasikan hasil diskusi kecil mengulas ragam sosialisasi kedepan terhubung keselarasan antara pengkajian tersirat dan tetap dapat mengimplementasikan ini. Semoga senantiasa bermanfaat bagi kehidupan seksama.

Red©2023/8/11/http://www.jst-news.com