Antara Ada Dan Tiada
JST-News.com | Sinopsis artikel, mengkaji berdasarkan “definitif object image”, Sosok suri tauladan bukan jadi teladan. Bahasa sastra global yang mengalami kemajuan di-era sekarang dan masa lampau perlu dilakukan ataupun tak dilakukan oleh manusia mencirikan sebuah; (pemahaman). Karanganyar – Jateng/1-7-2023.
Coretan manusia hanya sebagai pemohon bukan dibuat oleh tangan lahir dari keluarga. Tetapi, sang ilahiyah yang menitipkan sejumlah rahasia dibalik kelahiran manusia itu sendiri pada umumnya.
Contoh : Kertas, asal dilihat diteruskan hanya sementara. Ketika jadi sampah kali di-hilir jadi luber. Begitu inspirasi pandangan salah, maka yang dibahas kesalahan. Bukan, tempat asal-muasal dititipkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dikembalikan (jika, pandangan egoisme : dua sisi observariatif).
Titik A ke B, ada masing-masing dasar mengolah dan dikelolanya. Dasar, manusia pun berimajinasi, berakal, sehat pun miliki karekter atau tabiat’ dari hidup terhadap-Nya. Seolah-olah tak ada jadi ada, sewaktu salah pasti dikejar kesalahpahaman pendapat/ide celoteh dibuai oleh phase derajat kepintaran, kejelasan, kekinian, hingga trend center berpesan-terkesan.
Bukan itu loh, sobat.. lalu, lintasan seperti apa? Dan tatanan kehidupan sesungguhnya yang lain tak bukan hanya kira-kira, dugaan, bahkan serapan daya pikir dari sebuah masuk ide tersebut.
Dia, dan Aku berbeda-beda cara sifat kerja diperoleh. itu mungkin karena ilmu kejujuran, atau non terdidikasi oleh Tuhan-Nya. Pandangan kamuflase bahasa tersirat atau non tersirat miliki tujuan dari penelitian seksama.
Dia telah menciptakan bukan Aku yang menciptakan. Alam semesta ini ragam penempatan situasi kondisi dari keadaan manusia alami. Bukan, akal yang olah.. tapi pemikir sejati telah dapatkan akses ke Tuhan-Nya.
Utak-atik, artikel dari cerita sampai akhir hayat pun masih terus berlangsung hingga akhirat kelak. Akan tetapi ketika diiringi oleh “tabi’at” , maka otomatis secara umum di-Indonesia tak bisa ditentukan oleh ujian, cobaan, bahkan tantangan. Refresh back to top ten sampai dengan milion. Hanya segelintir ejawantah dikembangkan dalam pemahaman (nalar jadi naluri)
Lirik dikit sobat…. Antara nalar dan naluri yuk… Sebuah arti kecil hingga membesar pasti miliki nalar, beda ketika pandangan/pemahaman saja memakai kata : naluri. Naluri, lebih intens, mengetahui tentang sikap, sifat, sampai terjungkil pun pasti menuai injakan hanya pedal gas atau gasken…
Sisi ruang tersebut saling ikat-mengikat. Tetapi sering jadi sarung tangan bahkan hilang di-antara sempilan artikel n object tertentu.
Sulit, Mudah, Dan Memuliakan Tuhan-Nya pun masih ada terbalik ataupun dibalik oleh adanya “peran”
Jika didesa, disebut ilmu pewayangan. Yang konon manusia diciptakan itu seperti wayang, masuk terus dilipat dan dikembalikan ke kotak asanya-muasal dipermainkan. Ingat-ingat sobat, network rest idea dulu iye…… Sejenak mengisi ketenangan itu miliki mimik wajah dari bumi berputar pada poros medannya. Ketika, tertinggal maka otomatis harus dikejar kan. Otentikasi ini disamakan/disampaikan tak selalu mulus/pass.
Hanya sosok, mendeduksi antara umum dan baku konseptor pemahaman ini terleasasikan. Semoga sehat sobat, baca ini sebelum tidur… Jika gak bisa tidur juga “tuang kopiku seseduhnya, menanti esok aktifitas” hehehe…
Celupan manis antara sejatinya manusia akan membentuk dari kalbu berpunuk tinggi tapi jangan sampai merasa angkuh dengan punukmu iye…?
Uda pukul 23.04 WIB, gak terasa secangkir kopi hitam bersuara susu dengan krim pemutih ada gula dikit aje.. hati-hati semakin dini. Maklumi saja, kadang lewat tak berpapasan paling tikungan tajam terjal pun sedikit ditoleh.
Substansi sosial, yang melupakan semua baik, salah, benar, buruk, hingga celoteh dibuai lukisan terpasang abstraktif.
Next, sosok itu akan menerima dan menemukan dalam tuntunan ilahiyah-Nya. Bahwa manusia terlahir bukan dari manusia dan keluarga. Tetapi oleh kebesaran dan keagungan sang sosok Pencipta-Nya yaitu ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ending idea.. semoga apa yang dicetak jadi tersendiri nyata dari rakyat jelata yang tidak “angkuh akan obesitas pemahaman”.
Red@2023/juli/Karanganyar, Jawa Tengah.