TRADISI BUDAYA DAERAH (3) : PESAN TRILOGI DARI PUTRI MANDALIKA, UNTUK LOMBOK, NTB, DAN SEMUA.

TRADISI BUDAYA DAERAH (3) : PESAN TRILOGI DARI PUTRI MANDALIKA, UNTUK LOMBOK, NTB, DAN SEMUA.

Loading

Pintu masuk kawasan Mandalika

Jst – News.com ; Lotim NTB : Ahad 5/02/2023. Seorang Budayawan NTB, Drs.Usup, MA., menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah dan penggiat pariwisata lewat pengenalan Bau Nyale di Lombok NTB hingga dikenal oleh antero dunia. Menurutnya, proses terus berjalan sebagaimana awal melangkah yang dimulai sejak tahun 1980 an.

Makna Pilosofis.
“Pak Max Arifin telah menulis naskah Teater Putri Mandalika Nyale pada dekade tahun 1980 an. Itulah yang kemudian dipentaskan ketika itu,” kata Usup, Ahad 5/02/2023.
Dalam naskah itu, kata dia, Putri Mandalika sebagai sosok yang sangat luar biasa hingga dikenal ke seluruh pelosok negeri. Tidak saja Pangeran dari Kerajaan yang ada di Lombok, namun dari kuar negeri juga. Kini, Max Arifin sudah almarhum dan Alhamdulillah generasi sekarang ini meneruskannya levih lagi.
Lebuh jauh Usup, menyampaikan 3 tokoh pangeran dari kerajaan besar yang sulitt untuk dilupakan oleh Putri Mandalika saat itu. Namun, Mandalika berat untuk memilih siapa di antara tiga pangeran itu. Karena di sisi.lain, Putri Mandalika menginginkan adanya kedamaian, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan, tanpa adanya silang sengketa sebagai ujung dari sebuah pilihan. Dalam perenungannya, Putri Mandalika tak bisa lepas dari 3 hal yaitu : Tuhan, Manusia, dan Alam. Untuk itulah, Mandalika memohin izin kepada pangeran dan restu kepada kedua orang tuanya (Raja Tonjang Beru dan Permaisuri Dewi Serinting) untuk melakukan halwat / pertaoaan.
“Ketiga pabgeran itu adalah : Pangeran Johor (Pangeran dari Malaysia), Pangeran Bumbang (dari Lombok), Pangeran Sawing (dari Lombok). Ketiga pangeran ini mendapat jawaban dari Putri Mandalika di Pantai Kuta (Pantai Seger), sebelum azan Subuh berkumandang. Setelah Putri Mandalika menyampaikan bahwa dirinya tak ingin adanya silang sengjeta, perpecahan, peperangan. Dirinya hanya untuk milik rakyatnya semua. Lalu Putri Mandalika mencebur ke laut. Tak lama setelah itu muncul cacing laut yang beraneka warna bersinar memancarkan cahaya bersinar terang (Nyala/Nyale : Sasak),” tutur Usup.

Drs. Usup MA Pendidik di MAN Cendekia Lombok Timur dan Budayawan NTB


Usuo menjelaskan bahwa, ada pilosofi kehidupan penuh makna yang dapat diambil dari apa yang menjadi keputusan Putri Mandalika. Ada makna Trilogi dari ending Kisah Putri Mandalika.
Ketiga aspek itulah yang terbaca dari penyelesaian yang diambil oleh Putri Mandalika dalam menjawab pinangan para pangeran itu yaitu : 1). Melalui komunikasi debgan manusia / masyarakat yang dalam hal ini persoalannya disampaikan kepada orang tuanya (Raja Tonjang Beru). 2). Melalui berdo’a kepada Tuhan (berhalwat/bertapa). 3). Melalui alam, hal ini dengan datang ke Pantai Seger – membuang diri ke laut dan menjelma menjadi Nyale yang bermanfaat bagi masyarakat (seperti halnya dalam bidang Kuliner dan Pertanian).
“Jadi, kontennya itu bahwa, manusia tidak bisa terlepas dari 3 dimensi. Ketiga dimensi itu adalah : Masyarakat, Tuhan, dan alam semesta,” terang Usup yang juga selaku pendidik di MAN Cendekia Lombok Timur ini (Kusmiardi).

ApitaIk Lotim NTB, Ahad 5 Februari 2023
Hormat,

KUSMIARDI
Jurnalis Jst – News.com
Biro Lotim NTB.